Ketika kakak dan adik dipertemukan kembali posts

Re Thok .: == INSIGHTZILLA Versi 4.0 == :.
_____
Pernahkah ketika kamu beriklan di facebook sering merasa seperti ini? :
Membutuhkan waktu yang lama untuk RISET siapa saja penonton iklan facebook yang tertarget
Hanya menemukan calon penonton iklan tertarget
Read more ... (audience) dengan jumlah yang sedikit
Bingung setelah mengumpulkan audience, siapa lagi yang bisa ditarget
_____
TARGETING yang tepat menjadi poin penting dalam beriklan di facebook.
Dengan target yang tepat iklan kamu akan menjangkau lebih banyak orang dengan biaya yang murah
Kenapa? Semakin tepat targeting, semakin banyak orang yang action pada iklan facebook kita (CTR), ketika semakin banyak result dalam performance facebook ads, maka daya jangkau iklan akan semakin luas dari biasanya
Lebih meningkatkan konversi sales karena targetnya tepat
_____
Kini kamu ga bingung lagi soal TARGETING iklan facebook, terlebih lagi, kamu dapat me-RISET Targeting dengan sangat-sangat menghemat waktu
_____
Untuk itu dapatkan segera insightZilla versi 4 untuk membantu anda dalam beriklan menggunakan Facebook Ads.
Dapatkan diskon Rp. 400.000 untuk pembelian insightZilla versi 4.0 dengan mengklik halaman ini.
Segera dapatkan karena penawaran ini akan berakhir pada tangga 12 Mei 2017 pukul 24.00 malam.
.: == INSIGHTZILLA Versi 4.0 == :.
insightzilla.com
Tools fenomenal yang Dapat Menggali Potensi "Harta Karun" Facebook, Menemukan Calon Penonton Iklan Potensial tak terbatas Dalam Waktu yang Sangat Singkat!
Dan telah digunakan oleh 4.690+ Pebisnis Online seperti Kamu
97 months ago
Siakap Keli Tak Seperti Kucing Lain, Kucing Jantan ini Beri Sokongan Kepada Pasangannya Ketika & Selepas Beranak.
sumber: Bored Panda
99 months ago
Inc. Magazine "A lot of Kayak was invented at 2 a.m. or 4 a.m., when I was up thinking about how to make things faster and better and simpler.”
103 months ago
Rosa Laudya Sharoon Nih guys, Rosa ada info, buat kalian yg mungkin lagi traveling dan tiba tiba mau ke toilet umum , ada bagusnya kalian baca dulu atikel berikut . Share dan tag buat teman atau sodara yah guys semoga bermanfaat.
Cara Gunakan Toilet Umum dengan Aman
Okezone.com
SEHARIAN bekerja dengan berpindah-pindah tempat atau jalan-jalan membuat Anda harus menggunakan toilet umum ketika ingin buang air. Mengingat tidak semua toilet umum terjamin kebersihannya, Anda perlu mengetahui cara yang aman menggunakan toilet umum
Read more ... .
114 months ago
Rosa Laudya Sharoon Wow Pro dan Kontra Banget si Teteh Satu ini . Share dan Tag buat kalian Haters ataupun Fans Niki :D
Heboh Nikita Mirzani Posting Foto Tanpa Bra
1indonews.com
Jakarta Nikita Mirzani kembali mengundang pro-kontra netizen. Lewat akun Instagramnya, ia mengunggah foto dirinya yang memperlihatkan dirinya tak mengenakan bra. Nikita mengungah foto tersebut dalam perjalannya dari Surabaya ke Jakarta.
114 months ago

Ibrahim Isa Kolom IBRAHIM ISA
Rabu Malam , 24 Juni 2015
----------------------------------
KRONIK “PULANG KAMPUNG” – (3)
* * *
----- Romo BASKARA WARDAYA Memperkenalkan Buku Greg POULGRAIN Yang Menarik:
------ “The Incubus Of Interventio
Read more ... n”: Conflicting Indonesia Strategies of John F. Kennedy and Allen Dulles”.
* * *
Corat-coret – “Kronik Pulang Kampung” 1, dan 2 – yang diteruskan ke bagian ke-3 ini, memang sekadar corat-coret. Tetapi bagi penulis merupakan kesan mendalam dari kunjungannya ke Indonesia.
Salah satu acara bila berkunjung ke Indonesia, adalah menemui sahabat lama dan baru. Serta menjalin perkenalan dan persahabatan dengan sahabat baru lagi – khususnya mereka-mereka yang tergolong generasi muda Indonesia.
* * *
Meskipun aku pemegang paspor Belanda, dan berdomisili disitu selama puluhan tahun – namun bila berkunjung kembali ke Indonesia, perasaan dan fikiran selalu seperti “PULANG KAMPUNG”. Sering teringat kembali pertanyaan yang pernah diajukan seorang sahabat, mahasiswa Belanda, Philip van Aalst. Ia tanya, bagaimana identitas kalian yang sudah begitu lama terpisah dari tanah air? Dan berkewarganegaraan asing pula. Kujawab tegas: Rasanya seperti orang yang sedang bercintaan. Semakin jauh terpisah secara fisik, . . . semakin rindu dan semakin dekat di hati, – – – CINTA MENJADI SEMAKIN DALAM.
* * *
Mengesankan adalah pertemuan kembali dengan Prof. Dr. Baskara Wardaya dari Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, penulis a.l buku “Luka Kita adalah Luka Bangsa”. Kami berjabat tangan hangat dan berpelukan. Persis seperti dua orang kawan kental, yang sudah lama berpisah dan bertemu lagi. Kenyataannya, -- kami sebenarnya baru beberapa tahun ini saja berkenalan. Tiga tahun yang lalu masih bertemu beliau bersama mahasiswa-mahasiswinya di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Aku bilang kepada Romo Baskoro: Kita belum begitu lama berkenalan, tapi rasanya, --- bila bertemu Anda, kok, seperti berjumpa dengan sahabat-lama. Ya, saya juga merasa begitu -- Jawab Baskoro. Sebabnya ialah, karena kita punya fikiran dan ideal yang sama mengenai nasib tanah air dan bangsa ini. Ya, -- saya kira itulah penjelasannya.
Dua orang sahabat lagi dari pimpinan “Gelanggang Press”, sebuah badan penerbit Yogyakarta, yang terkenal di Indonesia – datang bergabung dan membikin percakapan kami lebih meriah dan hangat dengan masalah Papua sebagai fokus pembicaraan.Dan situsi tanah air umumnya.
* * *
Keesokan harinya, dengan diantar sahabatku Sutriyanto, kami berkunjung ke kantor “Galang Press”. Tak lama kemudian tiba Prof Dr Baskoro. Meskipun ia harus segera berangkat ke Solo dengan beberapa sahabat dari kelompok penggiat HAM, untuk beraudiensi dengan Walikota Solo – Baskoro memerlukan datang. -- Rupanya ia hendak menyampaikan sesuatu yang dirasanya penting untuk kita ketahui.
Yaitu -- Sekitar buku yang belum lama terbit, oleh Graig Poulgrain, berjudul “The Incubus Of Intervention”: Conflicting Indonesia Strtegies of John F. Kennedy and Allen Dulles”. Bahasa Indonesianya, kira-kira begini:
Pagi itu kami membicarakan sekitar masalah Papua. Dari berbagi segi dan sudut pandangan. Tercatat “Gelanggng Press”, adalah penerbit yang termasuk banyak menerbitkan buku-buku sekitar masalah Papua.
Romo Baskoro minta perhatian kami mengenai buku baru oleh penulis Graig Pulgrain. Pulgrain mengajukan masalah Papua dari segi pandangan lain.
Romo Baskoro: -- Buku Pulgrain menganalisis a.l. Masalah Papua yang tidak terlepas dari dampak kuat 'Perang Dingin” yang sedang bergolak ketika itu. Saling hubungannya dan dampaknya terhadap Indonesia.
“The Incubus of Intervention”. . . . . Merupakan gambaran yang rumit terhadap apa yang terjadi di masa lampau. Dari judulnya saja sudah tampak ketika penulis menggunakan kata 'incubus', suatu 'mimpi buruk' atau 'setan gendruwo'. Hakikatnya buku tsb adalah penamaan yang pas sekitar intervensi Amerika Serikat terhadap negeri yang ketika itu masih disebut sebagai “Hindia Belanda”. Amerika Serikat ingin menggantikan Belanda sebagai penguasa kolonial baru di Indonesia.
* * *
Mengenai pemberontakan PRRI-Permesta, yang dalam catatan sejarah kebanyakan digambarkan sebagai konflik yang berkembang dan meledak antara kekuasaan PUSAT yang didominasi PKI -- dengan penguasa (militer-politik) di daerah, yang menuntut otonomi yang lebih besar. Dimana CIA/AS merupakan pensuply senjata, uang dan pilot Bomber B-25 (Allan Pope). Menurut gambqarqan itu AS bukan arsitek dari pemberontakan PRRI/Permesta.
Buku Poulgrain, 'mengungkapkan' bahwa latar belakang sesunguhnya dari konflik tsb adalah permainan Kepala CIA -Allen Dulles – yang ketika itu sudah menjadi kekuatan dominan menyangkut politik AS terhadap Indonesia. Menurut Pulgrain, pemberontakan PRRI/Permesta merupakan manupulasi licik yang 'disulut (CIA) untuk gagal.' (menipulated to have it fall). Tujuannya ialah untuk 'menyelamatkan Indonesia' dari kungkungan Komunis. Dan memperokoh pengaruh militer di pemerinthan (pusat) Jakarta.
Buku Ploulgriain mengungkap inti masalahnya, yaitu, bahwa terdapat kepentingan AS untuk menguasai sumber minyak dan emas di Papua.
* * *
Analisa Puldgrain: -- Menunjuk pada Aarti penting ditemukannya sjumlah besar sumber tembaga dan emas di Irian Barat. Halmana menyebabkan AS semakin bernafsu untuk menguasai Indonesia. Ini sejalan dengan intrik dan komplotn CIA untuk menguasai sumber kekayaan alam di Afrika – Kongo dan terbunuhnya Sekjen PBB Dag Hammarskjold. Dibunuhnya Presiden AS John F Kennedy dianggap berkaitan erat dengan politik Kennedy terhadap Indonesia ketika itu – yang ingin memelihara hubungan baik dengan Presiden Sukarno – dan 'menyelamatkan' Indonesia dari pengaruh komunis. Ini bertentangan dengan strategi CIA yang besandar pada AD untuk menyingkirkan samasekali Presiden Sukarno.
Romo Baskoro menekankan bahwa apa yang ditulis Greg Poulgrain itu adalah salah satu pandangan dan analisis dari segi pandangan lainnya. Belum tentu betul, kata Baskoro ---- tetapi merupakan bahan pertimbangan penting, sebagai suatu bahan penilaian-kembali (reassessment) atas fakta-fakta sejarah menyangkut tanah air kita.
* * *
120 months ago

Ibrahim Isa Kolom IBRAHIM ISA
Jum'at Pagi, 29 Mei, 2015
-------------------------------------
SEKITAR 'MEMBUKA LUKA LAMA' DALAM SEJARAH BANGSA
Ketika berdialog pagi ini dengan seorng sahabat baru dari generasi baru
yang mengajukan masalah benar tidaknya pendap
Read more ... at sekitar 'membuka luka lama' dalam sejarah bangsa ini, aku berikan respons sbb:
Pendapat yg menentang dibukanya 'luka lama', bukankah itu suatu sikap yang memotong-motong sejarah?
* * *
Pertama, yang disebut 'luka lama', itu adalah suatu bagian krusial dari sejarah bangsa dan negeri ini.
Tidak mungkin mengenal, mengkhayati dan mewarisi budaya bangsa ini tanpa memahami dengan baik sejarah bangsanya secara utuh.
Kedua, yang disebut 'luka lama' itu, bila tidak difahami dengan baik, akan tetap saja merupakan suatu 'luka'.
Suatu 'luka' dalam sejarah bangsa ini, yang, bila tidak dihadapi dan difahami, dianalisa dan kemudian 'diobati', dengan bijak dan rasionil,
suatu ketika, akan 'membusuk' dan merupakan racun yang merusak seluruh tubuh bangsa ini.
* * *
IPT - International People's Tribune yang oleh pemrakarsa dan pengelolanya, direncanakan diadakan bulan Oktober 2015 di Den Haag, akan merupakan canang baru, yang mengingatkan bangsa dan negeri kita, kepada dunia internasional, bahwa
"40 YEARS OF SILENCE" menyangkut pelanggaran HAM terbesar di Indonesia, suatu genosida yang tidak ada bandingnya dalam sejarah Indonesia, -- masih 'belum diurus dengn baik'.
Merupakan canang, --- agar jangan terus saja dijangkiti dan dikuasai oleh penyakit "LUPA" sejarah, lupa keadilan dan tidak lagi mengenal kebenaran.
* * *
121 months ago

Ibrahim Isa Kolom IBRAHIM ISA
Selasa Pagi, 19 Mei 2015
---------------------------------
KRONIK “PULANG KAMPUNG” (1)
* * *
Buku-Buku Untuk “Universitas Gajah Mada” Yogyakarta, “Wertheim Collection Library”
Buku-buku dari Penerbit “Gala
Read more ... ngpress” dan dari
Jaya Suprana
* * *
Setiap kunjungan ke Indonesia, ketika dilakukan setelah jatuhnya Presiden Suharto, --- selalu memberikan dampak positif. Teristimewa pada semangat dan jiwa warga Republik Indonesia, yang oleh rezim Orba, secara sewenang-wenang telah dicabut paspor dan kewarganegaraannya, tanpa proses hukum apapun. Suatu periode “lawlesness”, ketika hukum dan undang-undang, hak-hak wargnegara diinjak-injak semena-mena. Ketika kekereasan dan senjata menguasai segala. Suatu periode Hitam dan Gelap ketika dimulai berdirinya rezim Orde Baru (1965-66), di bawah Jendrál Suharto.
Dalam suatu percakapan di rumahku beberapa waktu yg lalu, sahabat baru, Philip van Aalst terkait pogram Universsitas Amsterdam yang bertujuan membuat sebuah 'topografi sekitar orang-orang buangan di Amsterdam sejak 1950', bertanya: : --- “Apakah Anda, atau siapa saja dari kalangan orang-orang 'EKSIL' di Belanda atau negri lainnya -- masih bisa menyebut dirinya 'EKSIL' – ketika ia sudah bisa kembali lagi ke negerinya?” --- Sungguh -- Suatu pertanyaan yang tiba-tiba, tapi cerdik dan menarik. Yang keluar dari mulut seorang mahasiswa Belanda.
Begini jawaban yang diberikan: Aku tak pernah menyebut diri sebagai seorang 'Eksil'. “Ya, tapi buku Anda yang pertama judulnya adalah: 'SUARA SEORANG EKSIL' ( Jakarta, 2002)”, sela teman Belanda itu. Nama buku itu, adalah sahabat-sahabatku dari penerbit Jakarta, yang memberikannya– tanpa konsultasi. Judul aslinya yang kuberikan ialah: Reformasi dan Demokratisasi di Indonesia setelah jatuhnya Suharto. Teman Belanda itu senyum geli.
Kami-kami ini, --- bukan orang-orang 'EKSIL', kataku. Pada 'periode gejolak 65' itu kebetulan sedang berada di luar negeri. Banyak yang sedang mengemban tugas pemerintah atau urusan lainnya . Ada yang sedang studi. Ada yang bekerja di luar negeri. Mendadak sontak paspor dan kewarganegaraan kami dicabut fihak militer Indonesia. Militer sudah mulai merebut kekuasaan negara Indonesia pada tahun 1965-66. Penyebabnya paspor dan kewarganegaraan kami dicabut, ialah -- karena kami menolak mengutuk Presiden Sukarno dan tidak mau mendukung rezim militer Jendral Suharto.
Maka, --- kami bukan orang-orang yang di-eksilkan oleh penguasa. Tapi yang tak bisa pulang karena tidak punya paspor dan sudah dibikin jadi 'stateless' oleh fihak militer. Kalau tokh bisa pulang, pasti di persekusi, ditangkap atau dibunuh, dengan alasan, tuduhan serta fitnah ini atau itu. Seperti nasib banyak korban '65 lainnya.
Bagaimana penyelesaiannya, tanya temanku Philip van Aalst?
Pemerintah Indonesia yang sekarang ini, pertama-tama harus minta maaf atas tindakan sewenang-wenang penguasa dulu, mencabut paspor dan kewarganegaraan kami, tanpa proses hukum apapun. Membuat kami, warganegara yang setia pada Republik Indonesia dan Presiden Sukarno, menjadi orang-orang yang 'stateless'. Hal itu juga disarankan oleh peneliti senior LIPI, Prof Dr Asvi Warman Adam. Asvi bahkan mendesak agar pemerintah minta maaf pada keluarga korban '65. Selanjutnya pemerintah wajib MEREHABILITASI HAK KEWARGANEGARAAN DAN NAMA BAIK mereka-mereka yang 'dicabut paspornya itu'. Demikian kunyatakan pada Philip van Aalst. Ia mengangguk-anggukkan kepalanya!
* * *
Kali ini kunjungan 7 orang dari keluarga kami ke Indonesia (25 April – 15 Mei, 2015), sesungguhnya lebih banyak merupakan 'pulang kampung'. Meskipun asal etnisku adalah Sumatra, tapi aku dilahirkan dan dibesarkan di Jakarta. -- Betawi. Aku 'anak Betawi' yang cinta pada Jakarta. Jakarta adalah kampung halamanku.
Di koper kami tersimpan baik-baik 6 jilid buku mengenai HUKUM ADAT INDONESIA dan “PRIANGAN, De Preanger-Regentschappen onder het Nederlandsch Bestuur tot 1811”. Buku-buku tsb adalah hasil studi sarjana ilmu sosial Belanda. Tadinya buku-buku milik pribadi perpustakaan Prof Dr W.F. Wertheim (alm), yang dihibahkan oleh keluarga beliau kepada “” Stichting Wertheim Amsterdam”. Masing-masing buku tsb sedikitnya berisi lebih dari 1000 halaman. Buku-buku tsb kami sumbangkan pada “Collection Wertheim Library” di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Bersama sahabatku Sutriyanto dari Jakarta, kami bawa sendiri buku-buku yang umurnya lebih dari 100 tahun itu. Selain itu ada beberapa jilid buku lainnya terbitan Indonesia mengenai masalah Indonesia yang disumbangkan pada Wertheim Collection Library.
Sebelumnya, kami dari – Stichting Wertheim – sudah menyumbangkan buku-buku terbitan Indonesia lainnya, seperti a.l buku “BUNG KARNO PENYAMBUNG LIDAH RAKYAT INDONESIA”, Edisi Revisi; dan beberapa buah buku lainnya. Dengan demikian Stichting Werteim Amsterdam secara reguler menghibahkan buku-buku untuk “Wertheim Collection Library”, UGM, Yogyakarta.
* * *
Pada kesempatan berkunjung ke kantor Redaksi Penerbit “Galangpress”, Yogyakarta, cakap-cakap dengan kawan baru redaktur Peter dan kawan lama, Romo Baskoro, aku beruntung dioleh-olehi beberapa jilid buku berharga dan bermutu sekitar masalah Papua dll.
“Galangpress” adalah penerbit buku bermutu yang menerbitkan a.l buku Prof Dr Baskara Werdaya – “Luka Bangsa, Luka Kita”; dan buku berjudul “SUKARNO-HATTA BUKAN PROKLAMATOR PAKSAAN” , oleh penyunting Peter Kasenda.
* * *
Ketika berkunjung ke “MURIA”, Musium Rekor Indonesia yang dikelola oleh komponis/ pianis, budayawan terkenal Jaya Suprana, dan mendengarkan uraian menarik sekitar “Muria” dan “Jaya Suprana School of Performing Arts”- lagi-lagi aku beruntung dibekali buku-buku buah pena Jaya Suprana dan 7 set CD musik ciptaan dan yang dimainkannya di piano..
Masih ada dua buah buku lagi yang kubawa dari Jakarta. Yaitu buku-buku bermutu oleh-oleh dan kenangan dari penulis generasi baru LEILA S. CHUDORI. Berjudul “PULANG” dan bukunya terbaru “NADIRA”.
* * *
Buku-buku bermutu, -- adalah salah satu sumber penting pengetahuan, ilmu dan kebijakan umat manusia -- yang tak ternilai!
Menyaksikan sendiri begitu banyaknya buku-buku baru yang terbit di negeri kita, hasil karya penulis-penulis dan peneliti Indonesia sendiri, dan penulis asing – serta ramainya pembeli – terutama dari kaum muda -- merupakan kepuasan. kebanggaan dan kebahagiaan, sebagai orang Indonesia yang “PULANG KAMPUNG”.
Apalagi sesudah memilikinya dan akan membacanya sendiri!
* * *
121 months ago
The Wall Street Journal Foreigners working in Indonesia will soon have to learn the local language.
QUIZ: Do you know what know what 'kuku-kuku kaki kakak kakeku kaku kaku' means? Take our quick Indonesian test.
123 months ago

Ibrahim Isa Kolom IBRAHIM ISA
Sabtu Malam, 07 Maret 2015
---------------------------------------
Buku “SUKARNO -- An Autobiography -
As Told to CINDY ADAMS”
< Apa Yang Direkayasa dan Dipalsukan?>
* * *
Judul diatas - "SUKARNO, An Autobio
Read more ... graphy As Told to Cindy Adams", adalah buku OTOBIOGRAFI Sukarno, Sebagaimana Diceriterakan Kepada Cindy Adams (Edisi Asli Bahasa Inggris). Pertama diterbitkan oleh The Robbs-Merill Company, INC. New York. Cetakan pertama 1965. Copyright, 1965, By Cindy Adams.
Di Indonesia terbit Edisi Revisi, berjudul "BUNG KARNO, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia". Cetakan pertama Agustus 2007; Cetakan Kedua, 2011.
Edisi Revisi yang terbit di Indonesia TERAMAT PENTING. Karena yang direvisi adalah suatu PEMALSUAN yang dilakukan dalam Edisi Indonesia tahun 1966. Edisi ini dengan kata pengantar dari Suharto. Dr Asvi Warman Adam, Peneliti Senior LIPI. yang menulis kata pengantar untuk Edisi Revisi (2007), menjelaskan proses terungkapnya PEMALSUAN dalam penerbitan buku Bung Karno, selama periode Orba, a.l sbb:
"Dalam diskusi yg diselenggarakan Yayasan Bung Karno di Gedung Pola tahun 2006, Safii Maarif mngutip buku Cindy Adams mengatakan bahwa Sukarno sangat melecehkan Hatta karena menganggp perananya tidak ada dalam sejarah Indonesia. Karena itu ketika buku ini akan diterbitkan ulang saya meminta kepada Yayasan Bung Karno untuk mengecek kembali terjemahan buku ini. Sebetulnya bagaimana bunyi asli dalam bahasa Inggris pernyataan yang merendahkan Hatta itu. Yayasan Bung Karno kemudian menugasi Syamsu Hadi untuk menerjemahkan ulang buku tersebut. Yang mengagetkan pada temuannya disamping ada beberapa kekeliruan terjemahan adalah dua alinea yang ditambahkan dalam edisi bahasa Indonesia sejak tahun 1966. Padahal kedua alinea itu tidak ada dalam edisi bahasa Inggris.
"Pada halaman 341 tertullis:
" . . Rakyat sudah berkumpul. Ucapkanlah Proklamasi".Badanku masih panas, akan tetapi aku masih dapat mengendalikan diriku. Dalam suasana di mana setiap orang mendesakku, anehnya aku masih dapat brpikir dengan tenang.
"Hatta tidak ada", kataku. "Saya tidak mau mengucapkan proklamasi kalau Hatta tidak ada".
Lanjutan teks ini kalau dicek teks asli bahasa Inggris: Dalam detik yang gawat dalam sejarah inilah Sukarno dan tanah air Indonesia menunggu kedatangqn Hatta.
Namun di antara kedua kalimat ini ternyata disisipkan dua alinea yang tidak ada dalam teks Inggrisnya yaitu:
Tidak ada yang berteriak, "kami menghendaki Bung Hatta". Aku tidak memerlukannya. Sama seperti aku tidak memerlukan Syahrir yang menolak untuk memperlihatkan diri di saat pembacaan Proklamasi. Sebenarnya aku dapat melakukannya seorang diri, dan memang aku melakukannya sendirian. Di dalam dua hari yang memecahkan urat syaraf itu maka peranan Hatta dalam sejarah tidak ada.
Peranannya yang tersendiri selama masa perjuangqn kami tidak ada. Hanya Sukarnolah yang tetap mendorongnya ke depan. Aku memerlukan orang yang dinamakan "pemimpin" ini karena ada pertimbangan. Aku memerlukannya oleh karena aku orang Jawa dan dia orang Sumatra dan di hari-hari yang demikian itu aku memerlukan setiap orang denganku. Demi persatuan aku memerlukan seorang dari Sumatra. Dia adalah jalan yang paling baik untuk menjamin sokongan dari rakyat yang nomor dua terbesar di Indonesia.
Lanjut Asvi Adam: -- Sukarno tidak memerlukan Hatta dan Syahrir bahkan "peranan Hatta dalam sejarah tidak ada". Demikain pernyataan Bung Karno dalam edisi bahasa Indonesia yang terbit sejak tahun 1966. Ternyata dua alinea itu tidak ada dalam naskah asli bahasa Ingris. Kalau demikian apakah ada seseorang yang merekayasa cerita tambahan ini?
* * *
Bisa timbul pertanyaan, mengapa aku 'tiba-tiba' menulis lagi sekitar "rekayasa" dan "pemalsuan" terhadap buku Bung Karno itu?
Tidak ada alasan prinsipil. –- Mengungkapkan pemalsuan sejarah, dalam hal ini pemalsuan buku Bung Karno, -- yang tujuannya jelas untuk mengadu donba Sukarno dan Hatt-Syahrir. Terutama di kalangan pendukung Bung Karno dan pendukung Hatta dan Syahrir. -- Pemalsuan dan rekayasa yang dilakukan oleh Orba, adalah masalah PENTING. Maksud penulisan sejarah adalah mendidik generasi baru. Disini penting sekali mengungkap pemalsuan sejarah yang dilakukan Orde Baru, Rekayasa yang mereka lakukan itu, BUKAN ALANG KEPALANG! Hal mana menegaskan betapa perlunya dalam periode Reformasi dan Demokratisasi dewasa ini dan selanjutnya -- MELAKUKAN PELURUSAN SEJARAH YANG DIPALSUKAN ORDE BARU.
Penyebab lain mengapa aku menulis kolomku hari ini, sbb:
Ketika membaca ulang buku SUKARNO, An Autobiography As Told to Cindy Adams (1965), terbaca lagi catatanku dalam buku tsb, bahwa buku itu aku pesan dari The Book Bin-Pacifica - dan dikirimkan ke alamatku di Amsterdam, pada tgl 08 Maret 2009. Harganya in termasuk ongkos kirim, adalah USD 27, 11-- Artinya tepat 6 tahun yang lalu aku memiliki Edisi Asli buku Bung Karno yang teramt penting itu. Aku bilang kepada Murti, hari ini aku akan menulis lagi sekitar buku Bung Karno. Perlu mengangkat kembali pemalsuan Orba terhadap buku Bung Karno tsb yang diungkapkan oleh sejarawan Asvi Warman Adam.
Kami membaca lagi, yang ditulis di kulit dalam (inside flap) buku, tentang buku Bung Karno itu, a.l. sbb:
"Sebagaimana ia sendiri mengungkapkannya dalam sejarah pribadi yang penting dan mempesonakan itu -- krisis adalah sesuatu yang terus menerus terjadi dalam dirinya -- krisis yang sering disebabkan oleh diri sendiri --
" Adalah dalam momen-momen ini bahwa Sukarno, sebagaimana halnya tiap pemimpin besar dalam sejarah, berperanan paling efektif. Memang, adalah kemampuannya untuk melihat momen krisis, merebut momen itu, bersamaan dengan kepribadiannya yang karismatik, merupakan penyebab dari mencuatnya ia ke kekuasaan sebagai pemimpin dari negeri yang nomor 6 besarnya (wilayah) dan dengan penduduk terbesar ke-lima di dunia. Sebuah negeri yang barangkali seperti halnya Tiongkok, memegang kunci ke haridepan Asia"
* * *
Kami membaca kembali bagian tertentu dari buku tsb: Kata Bung Karno:
"Janjiku telah kupenuhi. Kuliahku telah selesai. Sejak saat ini telah tidak ada yang akan dapat menghalang-halangiku untuk melakukan sesuatu yang menjadi kewajiban hidupku.
Ketika aku berdiri di atas jembatan Surabaya itu dan mendengar jeritan rakyatku, aku menyadari bahwa akulah yang harus berjuang untuk mereka. Hasrat yang berkobar-kobar untuk membebaskan rakyatku bukanlah sekadar ambisi pribadi. Aku dipenuhi hasrat itu. Ia meresap ke sekujur tubuhku. Ia menjadi desah nafasku. Ia mengalir melalui urat nadiku. Untuk memenuhi hasrat itulah orang mengabdikan seluruh hidupnya. Itu lebih dari satu kewajiban. Lebih dari panggilan jiwa. Bagiku ia adalah satu agama.". . (Lihat buku BUNG KARNO Penyambung Lidah Rakyat Indonesia-- halaman 83, Edisi Revisi, 2011).
* * *
Suatu pernyataan Bung Karno yang selalu akan menginspirasi generasi penerus bangsa ini, untuk terus berjuang mengabdi tanah air dan rakyatnya .
* * *
124 months ago
More ketika kakak dan adik dipertemukan kembali posts »