Lebaran Jomblo Itu Rasanya posts
Sulaiman Ventje Salam.......!!!!
Percaya atau tidak setelah segala yang saya lalui semua terasa hampa dan tak ada yang akan kembalui seperti dulu sedangan kehidupan saya tak pernah berubah dalam segi ekonomi....!!!
yang katanya memiliki Indonedia raya ,memiliki Nus
Read more ... antara dan yang katanya sebagai pewaris DUNIA ternyata sepeserpun uang / ekonomi dan kekayaan yang di katakan itu tidak ada, sementera badan atau diri ini si eksploitasi sebagai sumber penghasilan bagi negara ini.....!
jika di tanya tentang keadilan HAM... rasanya dimana ya.....!!!!???
115 months ago

Ibrahim Isa Kolom IBRAHIM ISA
Rabu Malam , 24 Juni 2015
----------------------------------
KRONIK “PULANG KAMPUNG” – (3)
* * *
----- Romo BASKARA WARDAYA Memperkenalkan Buku Greg POULGRAIN Yang Menarik:
------ “The Incubus Of Interventio
Read more ... n”: Conflicting Indonesia Strategies of John F. Kennedy and Allen Dulles”.
* * *
Corat-coret – “Kronik Pulang Kampung” 1, dan 2 – yang diteruskan ke bagian ke-3 ini, memang sekadar corat-coret. Tetapi bagi penulis merupakan kesan mendalam dari kunjungannya ke Indonesia.
Salah satu acara bila berkunjung ke Indonesia, adalah menemui sahabat lama dan baru. Serta menjalin perkenalan dan persahabatan dengan sahabat baru lagi – khususnya mereka-mereka yang tergolong generasi muda Indonesia.
* * *
Meskipun aku pemegang paspor Belanda, dan berdomisili disitu selama puluhan tahun – namun bila berkunjung kembali ke Indonesia, perasaan dan fikiran selalu seperti “PULANG KAMPUNG”. Sering teringat kembali pertanyaan yang pernah diajukan seorang sahabat, mahasiswa Belanda, Philip van Aalst. Ia tanya, bagaimana identitas kalian yang sudah begitu lama terpisah dari tanah air? Dan berkewarganegaraan asing pula. Kujawab tegas: Rasanya seperti orang yang sedang bercintaan. Semakin jauh terpisah secara fisik, . . . semakin rindu dan semakin dekat di hati, – – – CINTA MENJADI SEMAKIN DALAM.
* * *
Mengesankan adalah pertemuan kembali dengan Prof. Dr. Baskara Wardaya dari Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, penulis a.l buku “Luka Kita adalah Luka Bangsa”. Kami berjabat tangan hangat dan berpelukan. Persis seperti dua orang kawan kental, yang sudah lama berpisah dan bertemu lagi. Kenyataannya, -- kami sebenarnya baru beberapa tahun ini saja berkenalan. Tiga tahun yang lalu masih bertemu beliau bersama mahasiswa-mahasiswinya di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Aku bilang kepada Romo Baskoro: Kita belum begitu lama berkenalan, tapi rasanya, --- bila bertemu Anda, kok, seperti berjumpa dengan sahabat-lama. Ya, saya juga merasa begitu -- Jawab Baskoro. Sebabnya ialah, karena kita punya fikiran dan ideal yang sama mengenai nasib tanah air dan bangsa ini. Ya, -- saya kira itulah penjelasannya.
Dua orang sahabat lagi dari pimpinan “Gelanggang Press”, sebuah badan penerbit Yogyakarta, yang terkenal di Indonesia – datang bergabung dan membikin percakapan kami lebih meriah dan hangat dengan masalah Papua sebagai fokus pembicaraan.Dan situsi tanah air umumnya.
* * *
Keesokan harinya, dengan diantar sahabatku Sutriyanto, kami berkunjung ke kantor “Galang Press”. Tak lama kemudian tiba Prof Dr Baskoro. Meskipun ia harus segera berangkat ke Solo dengan beberapa sahabat dari kelompok penggiat HAM, untuk beraudiensi dengan Walikota Solo – Baskoro memerlukan datang. -- Rupanya ia hendak menyampaikan sesuatu yang dirasanya penting untuk kita ketahui.
Yaitu -- Sekitar buku yang belum lama terbit, oleh Graig Poulgrain, berjudul “The Incubus Of Intervention”: Conflicting Indonesia Strtegies of John F. Kennedy and Allen Dulles”. Bahasa Indonesianya, kira-kira begini:
Pagi itu kami membicarakan sekitar masalah Papua. Dari berbagi segi dan sudut pandangan. Tercatat “Gelanggng Press”, adalah penerbit yang termasuk banyak menerbitkan buku-buku sekitar masalah Papua.
Romo Baskoro minta perhatian kami mengenai buku baru oleh penulis Graig Pulgrain. Pulgrain mengajukan masalah Papua dari segi pandangan lain.
Romo Baskoro: -- Buku Pulgrain menganalisis a.l. Masalah Papua yang tidak terlepas dari dampak kuat 'Perang Dingin” yang sedang bergolak ketika itu. Saling hubungannya dan dampaknya terhadap Indonesia.
“The Incubus of Intervention”. . . . . Merupakan gambaran yang rumit terhadap apa yang terjadi di masa lampau. Dari judulnya saja sudah tampak ketika penulis menggunakan kata 'incubus', suatu 'mimpi buruk' atau 'setan gendruwo'. Hakikatnya buku tsb adalah penamaan yang pas sekitar intervensi Amerika Serikat terhadap negeri yang ketika itu masih disebut sebagai “Hindia Belanda”. Amerika Serikat ingin menggantikan Belanda sebagai penguasa kolonial baru di Indonesia.
* * *
Mengenai pemberontakan PRRI-Permesta, yang dalam catatan sejarah kebanyakan digambarkan sebagai konflik yang berkembang dan meledak antara kekuasaan PUSAT yang didominasi PKI -- dengan penguasa (militer-politik) di daerah, yang menuntut otonomi yang lebih besar. Dimana CIA/AS merupakan pensuply senjata, uang dan pilot Bomber B-25 (Allan Pope). Menurut gambqarqan itu AS bukan arsitek dari pemberontakan PRRI/Permesta.
Buku Poulgrain, 'mengungkapkan' bahwa latar belakang sesunguhnya dari konflik tsb adalah permainan Kepala CIA -Allen Dulles – yang ketika itu sudah menjadi kekuatan dominan menyangkut politik AS terhadap Indonesia. Menurut Pulgrain, pemberontakan PRRI/Permesta merupakan manupulasi licik yang 'disulut (CIA) untuk gagal.' (menipulated to have it fall). Tujuannya ialah untuk 'menyelamatkan Indonesia' dari kungkungan Komunis. Dan memperokoh pengaruh militer di pemerinthan (pusat) Jakarta.
Buku Ploulgriain mengungkap inti masalahnya, yaitu, bahwa terdapat kepentingan AS untuk menguasai sumber minyak dan emas di Papua.
* * *
Analisa Puldgrain: -- Menunjuk pada Aarti penting ditemukannya sjumlah besar sumber tembaga dan emas di Irian Barat. Halmana menyebabkan AS semakin bernafsu untuk menguasai Indonesia. Ini sejalan dengan intrik dan komplotn CIA untuk menguasai sumber kekayaan alam di Afrika – Kongo dan terbunuhnya Sekjen PBB Dag Hammarskjold. Dibunuhnya Presiden AS John F Kennedy dianggap berkaitan erat dengan politik Kennedy terhadap Indonesia ketika itu – yang ingin memelihara hubungan baik dengan Presiden Sukarno – dan 'menyelamatkan' Indonesia dari pengaruh komunis. Ini bertentangan dengan strategi CIA yang besandar pada AD untuk menyingkirkan samasekali Presiden Sukarno.
Romo Baskoro menekankan bahwa apa yang ditulis Greg Poulgrain itu adalah salah satu pandangan dan analisis dari segi pandangan lainnya. Belum tentu betul, kata Baskoro ---- tetapi merupakan bahan pertimbangan penting, sebagai suatu bahan penilaian-kembali (reassessment) atas fakta-fakta sejarah menyangkut tanah air kita.
* * *
120 months ago

Ibrahim Isa Kolom IBRAHIM ISA
Selasa Malam, 21 April 2015
-------------------------------------
"MINI-SEMINAR" --- KASUS SEJARAH TERPENTING INDONESIA
* * *
Sepertinya, --- seakan-akan, . .. kejadian itu, sebagai sesuatu yang 'kebetulan' saja!
Pe
Read more ... nulis muda Leila S Chudori menempakan posting di FB. Tentang kesan dan komentarnya setelah melihat sebuah film dokumenter berjudul "40 Years of Silence" karya Robert Lemelson (2005).Aktivis dan pemeduli HAM Indonesia umumnya sudah melihat Film "40th Kesunyian". < Untuk kata 'silence' --- terjemahan yang lebih cocok, mungkin: 'keheningan' , atau 'kebisuan'>.
"40 Years of Silence", -- adalah sebuah dokumenter sekitar Peristiwa Pembantaian Masal 1965/66/67. Situs www.40yearsofsilence.com/2008, a.l menulis sbb :
SEBUAH TRAGEDI INDONESIA:
Adalah kisah empat keluarga Indonesia yang menjadi korban tragedi 1965-1966. Keluarga Lanny di Jawa Tengah, Keluarga Budi di Jogjakarta, Degung dan Kereta di Bali.
Diperkirakan 500 ribu sampai 1 juta orang dibunuh pada Oktober 1965 sampai April 1966. Salah satu kejahatan terhadap kemanusiaan yang belum terungkap di Indoensia.
Alex, ayah Lanny adalah tokoh Baperki. Penangkapan dan kematian Alex telah mengubah kehidupan Lanny sekeluarga.
Budi mengalamai trauma dendam akan apa yang dialami Kris, kakaknya yang mengalami cap sebagai anak PKI. Budi seperti hidup di dua dunia: hitam dan putih, dendam dan bersabar.
Orang tua Degung menjadi korban saat Degung berumur lima tahun. Degung masuk dalam dunia intelektual dan kebudayaan.
Kereta menyakiskan berbagai pembunuhan terhadap orangtua dan keluarganya. Saat ini Kereta hidup dengan roh-roh yang merasuki dirinya. Rob Lawson menekankan diagnosa Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) terhadap empat keluarga itu.
Tiga sejarawan, Baskara T Wardaya, John Rossa dan Geoffrey Robison, menerangkan temuan penelitian mereka bahwa pembunuhan massal itu diorganisasikan, berkait erat dengan politik nasional dan internasional masa perang dingin.
* * *
Lalu, --- Leila S. Chudori memberikan komentar dan kesannya a.l sbb: (19 April) 2015
“Semalam saya menyaksikan sebuah film dokumenter berjudul "40 Years of Silence" karya Robert Lemelson (2005), seorang antropolog AS tentang tapol dan keluarganya dengan akibat fisik dan mentalnya.
Sebelumnya saya menyaksikan dokumenter ini sepotong-sepotong melalui trailer saja dan tempo hari Lemelson mengirimkan jauh-jauh dari AS.Sebelum ada nama Joshua Oppenheimer, dokumenter ini saya rasa lengkap (dengan cara dokumenter 'konvensional) mengikuti 4 narasumber di Jawa dan Bali serta komentar beberapa pengamat seperti Baskara Wardaya dan John Roosa.
Meski sudah bertahun-tahun saya melakukan riset soal 1965, tetap saja cerita para saksi masih mengejutkan dan menggedor hati. Salah satu anak yang diikuti dengan sabar oleh sutradara, sejak dia masih remaja hingga agak dewasa berkisah bagaimana dia menyaksikan sendiri kakaknya dianiaya di depan dia.
Anak ini tumbuh jadi anak pemarah dan sering berkelahi. Yang agak membuat dia sekarang lebih tenang dan tidak murka seperti masa kanak-kanaknya adalah karena dia kini ikut latihan bela diri dan meditasi.
"Dulu rasanya saya ingin membunuh para penyiksa kakak saya," katanya.
Tapi kini kemarahan itu dia salurkan pada olahraga. Saya jadi ingat itu sosok yang saya bayangkan tentang Segara Alam dalam Pulang, hasil wawancara dengan beberapa kawan, putera tahanan di Salemba dan Nusakambangan serta Pulau Buru. Kawan-kawan, 50 Tahun sudah peristiwa itu.
Saya hormat kepada rekan-rekan IPT (International People's Tribunal) yang setia bergerak mencari keadilan.
* * *
Dari komentar Leila inilah dimulai “MINI SEMINAR” .. yang temanya berkembang menjadi hakikat yang sesungguhnya, dari massalahnya, yaitu KASUS PERISTIWA SEJARAH PEMBANTAIAN MASAL 1965/66/67. Dan keterlibatan para aktivis dan pemeduli mancanegara mengenai kasus tsb. Kemudian diseminarkan pada tgl 10 April 2015, di Den Haag, Belanda. Dalam suatu wadah kegiatan pro -korban pelanggaran HAM terbesar di Indnesia. Lembaga itu bernama “THE INTERNATIONAL PEOPLE'S TRIBUNAL 1965 (IPT-65)”. Badan kegiatan HAM ini berkedudukan di Den Haag. Dipandu oleh seorang sarjana Belanda, Prof Dr Saskia Swieringga dan Koordinator, seorang advokat Indonesia, Nursyahbani Kacasungkana.
* * *
Berbagai pendapat dan komentar diajukan di MINI-Seminar di FB. Sungguh penting dan menarik. Ini adalah diskusi, yang bisa diikuti oleh siapa saja yang mau bergabung di Facebook.
Baik disoroti salah satu komentar – pendapat seorang partisipan yang diajukan a.l sbb:
“. . . . . saya khawatir fakta-fakta penting tentang peristiwa 30 Sep. 1965 itu tidak akan pernah terungkap sepenuhnya selama para pelaku atau keluarga dekat mereka masih berkuasa dan pasal-pasal tentang limitasi rahasia negara di dalam UU Keterbukaan Informasi Publik tidak segera direvisi. (Abdullah Alamudi).
Lalu ditanggapi oleh Leila S. Chudori a.l sbb:
“Sepenuhnya memang tidak mungkin . . . Di negara Barat yang sering sekali mengulik sejarah mereka saja tak pernah bisa sepenuhnya mengangkat 'the truth'. Tapi sekedar pengakuan dar pemerintah bahwa massacre itu terjadi, menurut saya penting, pasti ada caranya untuk mengatasi keterbatasan itu.
Leila melanjutkan: . . . . . “iya, tentu saya tidak mimpi semua pemimpin bisa membuat statement seperti Gus Dur. Semua kenyataan pak Alamudi itu betul sekali terutama soal Megawati dan SBY. Saya belajar banyak hal dan salah satunya: bersiap untuk kecewa. Tapi ya kalau kita duduk-duduk saja, saya tidak merasa tepat. Dalam film itu salah satu pengamat (kalau tak salah Baskara Wardaya) menyampaikan satu hal menarik: kalau kita diam tenang-tenang saja puluhan tahun, peristiwa berdarah ini terus terusan berulang dan nyawa orang sedemikian tidak dihargai.
* * *
Ada satu lagi yang perlu disoroti , yaitu pendapat sbb:
“ . . . . saya kira (re)solusi thd 1965 & dampaknya berat dan tidaklah mungkin tanpa gerakan politik dari masyarakat. Mendem jero, seperti dimaksud Lies M, benar itu dilakukan Orde Baru, bukan solusi, malah merupakan hipokrisi.
“Pengakuan pemerintah atau pengakuan oleh presiden seperti dilakukan Gus Dur, hanya Gus Dur yg (berani dan mampu) melakukannya.
“Tribunal Rakyat pun hanya satu jalan utk mendorong lahirnya momentum. IPT tidak mungkin menyelesaikan tanpa gerakan politik. Di Spanyol, gerakan masyarakat itu dimulai oleh kelompok cendekia dan seniman, diperkuat oleh guru2 sejarah, terutama setelah Franco mati (1975).
“Saya kira, betapa pun terbatas, upaya Spanyol resolving dampak Perang Saudara 1930an lumayan. Apalagi mengingat gerakan ini, selang 70 tahun (!) kemudian, berhasil menggolkan UU Historical Memory (2004) yg meruntuhkan peninggalan politik & senirupanya fasisme Franco dan mendorong rekonsiliasi eksil Spanyol mudik ke tanahairnya.
“Point saya: mendem jero, pengakuan, islah (menurut sebagian elite kini), juga IPT,semua itu mustahil menyelesaikan masalah warisan politik dan ideologis utk mengobati luka2 besar 1965.
“Mustahil bila tanpa gerakan politik dan budaya dari tengah masyarkat. (Aboeprijadi Santoso)
* * *
Seorang hadirin yang datang ke Seminar “IPT – 1965”, di Den Haag 10 April, 2015 y.l – mempertanyakan langsung padaku, apakah kegiatan pro-HAM Indonesia yg diadakan di luarnegeri seperti ini, akan punya dampak di Indonesia?
Aku tunjukkan, bahwa setiap kegiatan pro-HAM di luarnegeri, -- demi diberlakukannya HAM di Indonesia, --- pasti punya pengaruh dan efek tertentu, --- seperti banyak fakta membuktikan hal tsb.
Kegiatan-kegiatan di luar Indonesia merupakan manifestasi kepedulian dan solidaritas internasional pada rakyat Indonesia yang memperjuangkan diberlakukannya HAM di Indonesia. Sejak dulu , – -- kehidupan masyarakat negeri manapun di dunia ini, pertumbuhan dan perkembangnnya – tidak terpisah dan TIDAK BISA DIPISAHKAN, dari kehidupan masyarakat bangsa-bangsa dan negeri-negeri di dunia pada keseluruhannya.
Bagaimanapun penguasa dan kekuatan politik parpol dsb dari sementara negeri berusaha memisahkan dan membendung kehidupan masyarakat Indonesia dari kehidupan masyarakat dunia, --- usaha tsb pasti akan menemukan kegagalan.
Dengan sendirinya kekuatan dan gerakan politik dalam negeri merupakan faktor yang menentukan apakah penguasa akan memenuhi tuntutan keadilan yang diajukan di dalam maupun di luar negeri. Saling hubngannya dan adanya faktor pengaruh luarnegri – selalu merupakan 'pelengkap' untuk adanya suatu perubahan medasar dari suatu negeri.
* * *
Sementara itu, ---- “MINI – SEMINAR”, Mini-Seminar -- yang berlangsung di media mancanegara sekitar Hak-Hak Azasi Manuisa dan Demokrasi, sekitar tuntutan keadilan bagi para korban Peristiwa Persekusi dan Pembantaian Masal 1965-66-67 di Indonesia akan berlangsung terus! Terus dan terus, sampai cita-cita dan tujuannya tercapai.
* * *
122 months ago

Ibrahim Isa Kolom IBRAHIM ISA
10 April 2015
----------------------------
Kepada Redaksi dan seluruh pengelola Majalah Historia:
SELAMAT BERULANG TAHUN
TERIRING HARAPAN TERBAIK - MAJU TERUS
DAN SUKSES
* * *
Kolom IBRAHIM ISA
Rabu, 02 April 2014
-------
Read more ... ---------------------
"HISTORIA" MAJALAH SEJARAH POPULER PERTAMA DI INDONESIA
Belakangan ini Pemimpin Majalah "HISTORIA", Bonnie Triyana, mempublisir sebuan berita anjuran sehubungan dengan PERINGATAN 04 TAHUN MAJALAH "HISTORIA".
Mari ikuti sedikit komentar Redaksi "Historia" ( No. 10, Tahun 1, 2013), a.l.
"Sejak kami menerbitkan Historia, selalu saja ada wartwawan menelpon maupun menyambangi kantor. Wartawan asing maupun lokal. Kami gantian menjawab
menjadi narasumber, dan . . . . nampang di TV.
"Sedari bikin konsep majalah ini, kami sudah meyakini isu sejarah adalah liputan yang seksi dan jadi tren. Dan rasanya senang ketika kini banyak media menyediakan ruang.
Banyak orang mulai suka sejarah. Kami juga bisa ikut nampang, sembari menunggu ide bikin channel sendiri terresalisasi".
* * *
Di bawah ini disiarkan ulang sebuah liputan sekitar kegiatan Redaksi "HISTORIA", yang, selain mengelola dan menerbitkan sebuah majalah sejarah yang pertama di Indonesia, tetapi juga melakukan kegiatan penting\lainnya.
Antara lain: Mengadakan mini seminar sejarah di gedung Redaksi.
Di dalam seminar itu di undang a.l sejarawan, wartawan, penulis dan para history-minded lainnya.
Pernah diundang datang sebagai pembicara utama mini seminar tsb, a.l Indonesianis, Dr Max Lane; Ketua St Wertheim, Dr Coen Holtsappel;
sejarawan dan penulis buku biografi TAN MALAKA, Prof Dr Harry Poeze; sejarawan/penuis, Prof Dr Jan Breman, dll
--
122 months ago
Deza Farras Tsany VERY LOL
http://youtu.be/5JVogBs3bS4
Salah Kaprah by Sugoi Project
Orang ini mendapatkan motivasi dari temannya agar tidak jomblo seumur hidup. tetapi karena gila Naruto orang ini salah kaprah. Semoga terhibur dengan karya k...
125 months ago
Deza Farras Tsany VERY LOL
http://youtu.be/5JVogBs3bS4
Salah Kaprah by Sugoi Project
Orang ini mendapatkan motivasi dari temannya agar tidak jomblo seumur hidup. tetapi karena gila Naruto orang ini salah kaprah. Semoga terhibur dengan karya k...
125 months ago
Deza Farras Tsany VERY LOL
http://youtu.be/5JVogBs3bS4
Salah Kaprah by Sugoi Project
Orang ini mendapatkan motivasi dari temannya agar tidak jomblo seumur hidup. tetapi karena gila Naruto orang ini salah kaprah. Semoga terhibur dengan karya k...
125 months ago
Deza Farras Tsany VERY LOL
http://youtu.be/5JVogBs3bS4
Salah Kaprah by Sugoi Project
Orang ini mendapatkan motivasi dari temannya agar tidak jomblo seumur hidup. tetapi karena gila Naruto orang ini salah kaprah. Semoga terhibur dengan karya k...
125 months ago
Deza Farras Tsany VERY LOL
http://youtu.be/5JVogBs3bS4
Salah Kaprah by Sugoi Project
Orang ini mendapatkan motivasi dari temannya agar tidak jomblo seumur hidup. tetapi karena gila Naruto orang ini salah kaprah. Semoga terhibur dengan karya k...
125 months ago
More Lebaran Jomblo Itu Rasanya posts »